Senin, 13 April 2009

Teman pun Belum Tentu Mengerti

"BrrraaaaKK!!!", kubanting pintu kamar kos.
dari jauh terdengar suara si mba penjaga kosan yang memaki suara gelegar pintu.
Entah harus bagaimana. Yang jelas tangis akan segera kukeluarkan, marah akan kulampiaskan, dan keinginan untuk bunuh diri pun akan segera kujalankan.

Tiga hasil test pack yang kusembunyikan selama 2 hari menepis alibiku. Kupikir rasa mual itu hanya karena aku menunda lapar, aku pikir pening di kepalaku karena aku terus bergadang menyelesaikan proposal event project Game Show-ku. Aku pikir ini hanya main2 ketika aku mendadak super duper sensitif, mendadak ingin selalu makan lutis di pagi hari...

Senin, 27 JULI 2005
13:09

Lima tahun sudah aku berpacaran dengannya, tepat hari ini. Kusiapkan sebuah kartu ucapan untuk merayakan 5 tahun hubungan kita dan kue tart coklat tanpa rum kesukaannya. Hadiah ini hanya untuk menyogoknya karena sudah hampir setahun rasa pedulinya memudar. Hanya sesekali ia menelponku untuk sebuah pembicaraan tak penting. Tak sadarkah ia aku haus kasih sayang darinya. Air yang bening jika didiamkan akan mengeruh!!!

Selasa, 28 JULI 2005
19:21

Seperti biasa sepulang kerja aku melepas penat dengan menikmati secangkir teh susu hangat di kedai seberang kantor. Jalanan masih terlalu padat untuk disusuri hingga ke kosanku. Jakarta selalu begini. Belum ditemukan alat yang bisa menenangkan hiruk pikuk Jakarta. Kecuali obat penenang untukku, secangkir teh susu dan teman bicara yang menyenangkan.

21:03
Tibalah aku pada kamar kos kecil nan sejuk. Seorang teman mengantarku pulang dan ia mengantarku sampai ke dalam. Ia melihat2 sekeliling kamar dan tatapannya tertuju pada sebuah kartu yang kuselipkan di lemari es. Kening yang mengkerut, mata yang menerka terlihat pada mukanya. Harusnya kemarin kartu itu sudah berada di tangan seseorang yang kutulis namanya. Tapi ia tak bertanya banyak, karena sudah kuceritakan hampir semuanya

Rabu, 29 JULI 2005
20:44

Lagi-lagi kumenikmati secangkir teh susu sepulang kerja. Tapi bukan di kedai, aku membawanya pulang. Disajikan bersama dua slice tart coklat tanpa rum. Terasa begitu tenang, seakan meringankanku dari stress yang luar biasa. Hangatnya sanggup menemani ragaku yang sedang kesepian. Sembari memejamkan mata, merasakan adanya sentuhan yang kembali memancing gairah yang hilang. Hangat ini membelaiku hingga aku tertidur dibuatnya. Berharap tak lagi kesepian, namun sesuatu yang membuatku hangat perlahan lenyap dari ragaku.

SATU BULAN KEMUDIAN...Ada yang hilang dari kehidupanku. Kehangatan itu. Yang kucari bukan lagi seorang pria yang menjadi pacarku, tapi secangkir teh susu dan teman bicara yang mengasyikkan itu mendadak dingin. Padahal aku merasa kian dekat. Kedekatan kami bahkan mampu menggantikan sosok yang 5 tahun ini yang semakin absurd statusnya.
Seorang teman mungkin bisa mencium sebuah permintaan yang terus kuteriakan dari lubuk hatiku. Mungkin ia mengerti bahwa kita hanya berteman. Tapi menjadi seorang teman pun ia tak memahaminya dan akhirnya pergi..


Tangisanku semakin keras, hanya dinding yang serius mengamati. Seolah ia menguatkanku untuk tetap berdiri seperti dirinya. Tapi kini sedang ada badai dan aku roboh.. Pacarku yang sudah 5 tahun bersamaku sudah tak lagi menghubungiku. Lantas Aku menyandarkan hidup ini hanya pada teman bicara yang kala itu menghangatkanku dengan secangkir teh susu. Entah bagaimana kubicara, tapi hidupku ini menjadi dua. Dan aku harus terus bersamanya tanpa seorang pria. Meski ini hanyalah sebuah kisah, tapi ada banyak makna untuk dipercaya. Seorang teman bisa menghangatkan suasana, tapi ia belum memahaminya lalu pergi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar