Senin, 05 April 2010

MARRIAGE. IS ONLY NEED LOVE AS A FOUNDATION???


“Love is blind, but marriage restores its sight.” (George C.Lictenberg)


Percintaan dua sejoli yang sejalan akan tertuju pada pernikahan. Cinta adalah pondasi dan pernikahan adalah bangunannya. Tapi pondasi cinta saja tidak cukup. Ada pondasi-pondasi lain yang harus dipikirkan sebelum dan setelah melangkah ke jenjang pernikahan. Pernikahan tidak melulu sebagai tujuan akhir dari suatu hubungan. Toh cinta tidak harus memiliki, begitu pepatah lain menyimpulkan.

Jaman ibu saya beranjak remaja, banyak gadis yang dinikahkan begitu lulus sekolah dasar. Apa sudah ada cinta di usia sebelia itu? Entah. Cinta itu buta katanya. Dan sekarang pun masih menjadi fenomena, nikah muda. Cinta, cita, tren, atau kesalahan??? Apapun itu pernikahan masih menjadi cita-cita (baca: keharusan). Ketika datang ke sebuah pesta pernikahan kerabat, sedikit timbul rasa sirik ingin juga segera menikah, atau ada harapan biar cepat-cepat menular.

Saya pun demikian. Saya yang masih berusia 20 tahun kala itu memimpikan pernikahan yang mungkin akan terjadi 2-3 tahun lagi. Tidak ada alasan yang spesifik. Tapi intinya image pernikahan itu sendiri akan baik untuk saya. Untungnya realita hidup membuat saya tidak segegabah itu menilai pernikahan. Lambat laun keinginan saya untuk menikah di usia muda memudar. Alasannya? Karena belum siap. Bukan menyiapkan mental dan fisik serta bekal cinta saja, tapi juga dalam hal emosional, finansial, spiritual dan waktu. Ternyata saya belum cukup dewasa menyikapi makna pernikahan itu sendiri. Ketika dihadapkan pada pernikahan berarti saya dan pasangan harus sudah mapan. Pernikahan membutuhkan biaya, pernikahan membutuhkan kedewasaan, pernikahan membutuhkan kesabaran, ada visi dan misi and so on and so on.

Memang benar pernikahan akan membuka mata kita yang tertutup oleh cinta. Detil dari pasangan kita akan muncul dan semakin muncul. Masalah umum yang terjadi setelah menikah salah satunya adalah ketidakcocokan. Bahkan ketidakcocokan itu bisa muncul setelah memasuki usia pernikahan perak. Wow!!!

Namun, Apapun itu sah-sah saja jika ada yang menikah muda, menikah tua, atau menikah setengah matang. Saya tidak selalu memandang skeptis atas sebuah pernikahan. Tentu saya harus optimis! Tidak masalah untuk siapa pun yang menginginkan pernikahan. Saya pun jika sudah saatnya nanti pasti akan menikah. Bukan karena tren atau modal cinta, tapi karena saya memang menginginkan pernikahan yang matang dan sekali seumur hidup.

Love!
Love!
Love!
Marriage!
Marriage!
Marriage!

###

Tidak ada komentar:

Posting Komentar