Senin, 05 April 2010

Catatan Seorang Pekerja

Mar 2008

Di akhir semester saya harus berkutat dengan revisi skripsi filsafat eksistensialisme. Saya berjuang mencari waktu luang untuk mengutak-atik lembar demi lembar, mengesinambungkan paragraf demi paragraf,menganalisis kalimat demi kalimat, dan mencurahkan kata demi kata. Sementara di waktu lain saya harus menyusun skrip dengan narasi yang juga diubah-ubah oleh bapak produser, meeting dengan klien, mencari talent, berpanas-panasan dengan deadline...aaaahhh...bersyukurnya saya mendapatkan pekerjaan sebelum resmi sarjana, meskipun dibayar lunas di akhir kontrak.

Sept 2008

Saya benci gosip. Saya tak ada urusan dengan manusia-manusia di televisi itu. Tapi ini sepertinya menjadi guilty pleasure untuk saya, karena saya dengan leluasa bisa membuat karangan bebas tentang mereka tanpa mengenal hari libur dan buta tanggal merah. Saya pijakan kaki saya di tempat ini setelah wisuda. Saya mengais rupiah dan mendulangnya. Tapi saya hampir tak pernah pulang, saya tak mengenal keluarga, saya tak bertemu siang dan rindu matahari, dan yang paling parah lagi,, saya selingkuh!!!

Jun 2009

Saya menghitung ratusan juta, mencetaknya dan memberinya kepada orang lain. Uang itu bukan hak saya. Saya hanya membantu mereka menyimpan uang di bank. Yang saya sadari adalah saya menyenangi pekerjaan ini dengan terpaksa. Rasanya tidak sesuai dengan tagline perusahaan saya yang suka melayani dengan setulus hati Tapi saya benar-benar enjoy bertemu orang lain, berkenalan dengan orang lain, menikmati sesaknya kereta di pagi hari, mengenal siang. memakan bekal buatan mama di kantor, menikmati makanan gratis setiap minggu, saya senang dengan hal itu. Bahkan saya pun senang membuang tiga juta begitu saja dari rekening saya!!!

Dec 2009
Saya adalah mahasiswa lulusan universitas ternama di negeri ini. Hobi saya bekerja tanpa hari libur. Saya bertugas untuk melayani dan melayani. Menikmati setiap tetes keringat yang mengucur dari kening. Saya berada di suasana America-Eropa. Tampaknya masa depan saya mulai tertata. Satu langkah saja menuju cita-cita saya. Meski saya harus jauh dari keluarga, tapi saya bahagia. Saya tau! Saya tau! Semuanya ego yang berbicara. Ketika saya mencari kerja dan mendapatkannya adalah hati saya yang berbicara. Tapi Ini yang nyata. Bekerja bukan cuma mengais rupiah tapi juga menikmatinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar