Selasa, 13 April 2010

K U R S I P A N A S

Saya duduk di kursi panas. Menghadiri monthly meeting untuk kedua kalinya. Pertama kali ketika saya baru bergabung di perusahaan ini, dan kedua kalinya ketika saya akan keluar dari perusahaan ini. Sebelum-sebelumnya, bukannya saya mangkir, tapi karena saya sibuk mengisi ilmu di otak saya.
Saya berada di ruangan yang tidak lagi kondusif. Penuh persaingan yang kotor, bersama orang-orang yang tidak mengenal kata harmonis.
Saya merasa akan disidang hari ini. Anggaplah saya akan dikeluarkan dengan tidak hormat, meskipun saya telah mengajukan surat pengunduran diri sebelum saya diinjak-injak di sini.

^^^

Senin lalu, Saya istirahat berdua dengan atasan saya. Atasan yang paling atas jabatannya di kantor. Agak kaku memang. Karena beliau adalah orang yang disegani meskipun watak aslinya sangat konyol dan otaknya selalu dipenuhi dengan imajinasi-imajinasi lekuk tubuh wanita telanjang.
Tapi saya mengambil kesempatan emas ini untuk mengeluarkan seluruh batin saya. Kejadian-kejadian di tempat kerja, yang seperti sudah saya bilang ‘sudah tidak kondusif lagi, penuh persaingan kotor, dan tanpa keharmonisan’.
Saya bertanya dengan pembukaan yang menuju sasaran. Saya ingin membahas tentang para klien yang mengeluh. Intinya beberapa di antara mereka tidak puas dengan hasil kerja kita. Beberapa. Bukan satu orang saja. Berarti ini adalah masalah yang krusial menurut saya. Lagi-lagi saya harus menyinggung mantra “Customer is A King”. Tapi memang itu penilaian saya terhadap perusahaan ini. Partner saya hanya mengandalkan service tapi tidak pernah memikirkan achievement-nya yaitu satisfied. Padahal kepuasan adalah gol dari segala-galanya..
Saya bercerita kepada beliau, atasan saya, tanpa menyebut nama pelakunya. Berkali-kali saya harus berdebat dengan mereka, karena saya ber-empati kepada klien saya. Ada satu kejadian, mereka adalah member di tempat kami, tapi sedihnya mereka tidak pernah mendapatkan sesuatu yang special di sini, hingga mereka membandingkan dengan kualitas cabang lain yang lebih memahami keinginan mereka. Saya selalu berdebat dengan para senior yang bertugas, ketika para member meminta sesuatu yang masuk akal, yang tidak mengubah nilai jual, tetapi hanya mengubah standar, dan mudah dilakukan. Tapi kakak-kakak itu selalu balik memarahi saya. Mengatakan saya tidak punya otak untuk berpikir mengenai standarisasi. Justru saya berpikir dengan otak. Dan saya membela klien saya. Karena kalian bukannya tidak bisa melakukan apa yang mereka inginkan, kalian malas. Hidup kalian di tempat ini terlalu kaku, pakem akan standar. Sungguh ibanya saya terhadap kelangsungan perusahaan ini,. Kalian hanya mengejar poin dan omzet penjualan, tapi tidak mau memikirkan arti kepuasan.
Padahal, di awal karir saya belajar banyak dari partner saya, bahkan saya mencuri ilmu mereka. Tapi faktanya mereka pun tidak bisa memberi contoh kepada saya. NATO—No Action Talk Only. Mereka selalu berbicara tentang tingkah laku, tentang etika, tapi mereka sendiri tidak membuktikannya. Grooming and Courtesy. Ketika saya menyerang balik dengan bumerang mereka sendiri, mereka tetap berkelit dan mengeluarkan kata sakti “Pasal satu, Senior selalu benar”.
Baiklah kakak senior, saya sudah menyerang Anda. Sekarang silakan serang saya.
Dan atasan saya banyak mengangguk mendengar curahan hati saya.

^^^

Kursi ini semakin panas. Saya duduk diantara para senior, yang juga adalah partner saya. Berbicaralah atasan saya memimpin rapat, hingga akhirnya beliau membahas semua yang pernah saya bahas bersamanya. Saya tahu sedikit banyak beliau setuju dengan saya, maka dari itu saya berani menceritakannya.
Mereka marah. Benar-benar marah dan melakukan pembelaan sampai titik darah penghabisan. Mereka marah terhadap saya,. Dikiranya saya mengadu domba, padahal saya tidak pernah menyebut nama, bahkan atasan saya pun tidak menunjuk siapa orangnya. Tapi yang merasa akhirnya berbicara.
Mereka menunjuk muka saya. Sungguh tidak sopan. Tapi saya masih diam, hingga waktu mengijinkan saya untuk berbicara. Dan saya mendapatkan poin penting bahwa mereka sengaja menumpuk beban pada saya. Karena saya anak baru? Bahwasanya saya adalah mediator antara klien dan perusahaan. Jadi apapun itu komentar para klien, tentang produk dan pelayanan, maka akan jatuh kepada diri saya dan saya tinggal menyampaikannya kepada perusahaan. Segala bentuk complaint dan compliment, saya yang menelannya pertama kali.
Akhirnya saya mengerti, saya hanya jadi kambing hitam di sini. Dalam rapat sebelum-sebelum ternyata mereka banyak membahasa tentang saya. Kesalahan yang saya perbuat dan tidak perbuat. Betapa lebih mengagumkannya mereka, tidak pernah membahasnya bersama saya melainkan langsung membawa ke meja sidang, tanpa menghadirkan saksi dan barang bukti. Amazingly! Baiklah, saya tidak punya banyak waktu di sini. Segala kebenaran dari saya adalah kesalahan. Tapi segala kesalahan dari kalian adalah pembenaran. Tentu saya bukan kambing hitam di sini, saya adalah harimau yang mengamuk. Sungguh menyedihkan. Kalian mencari muka rupanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar