Rabu, 07 April 2010

Bos dan Sekretaris

Aku mengintip dari lubang pintu. Bukan hanya alarmku saja yang menggerakanku pagi buta, tapi suara-suara gaduh di ruangan itu pula yang membuatku tidak nyenyak dari semalam. Dari pada aku mati penasaran rasanya tidak apa-apa aku kepo akan privasi orang. Sekali ini saja!

Bekerja di agen periklanan memang sering memaksaku untuk tidak pulang. Setiap hari deadline. Setiap hari revisi. Setiap hari diracuni oleh kemauan klien yang konservatif. Maka kantor ini adalah rumah keduaku.

Aku memang sangat tidak sopan ketika sengaja melihat adegan mesum mereka. Tapi mungkin mereka lupa itu bukan kamar tidur, melainkan ruang meeting yang dilengkapi dengan CCTV.

Orang-orang tetap tenang di hari itu meski kami sangat heboh menyaksikan barang bukti. Menahan nafsu untuk bergosip
Padahal di antara kami sudah pada gatal mulutnya.. Duet maut antara Bos dan sekretarisnya, meninggalkan sejuta tanya di benak kami. Bos kami yang bijaksana, rambut serta kumisnya sudah memutih, dan sekretaris yang selalu menjadi idola. Bukan apa-apa. Tapi masalahnya sekretarisnya juga adalah laki-laki, dan miliknya super kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar