Kamis, 19 Maret 2009

KEBEBASAN ADALAH BATAS

"Kebebasan adalah batas dan penderitaan adalah penebusan"

Kata-kata itu terus terngiang di benakku.
Seringkali kumerasakan adanya getaran dalam diriku yang membuatku sadar akan makna KEBEBASAN dan PENDERITAAN itu.
Kata-kata yang keluar dari mulutnya hampir setahun lalu. Kata-kata yang ia tegaskan untuk sebuah tulisan tak bermakna yang tengah kubuat.

Aku benar-benar merasakannya ketika aku sedang dalam kegetiran.
Kebebasan diriku yang sebebas-bebasnya ternyata melupakan aku pada aturan. Sial! Kini aku menebusnya dengan derita yang luar biasa. Aku memisahkan diriku dari laju yang seharusnya. Aku merasakan hidup sendiri. Air mata ini jatuh seraya mengancam hidupku yang memang singkat, dan tak bisa lagi kujalani seperti biasa. Kebebasan akhirnya mengantarku pada rasa bersalah.
Ekspresi eksistensial yang sungguh2 hanya aku yang merasakan. Sakit! Perih!! Cinta!!!

::::::::::

Sepenggal kisah telah berlalu. Kini kumeniti bongkahan kayu yang tergeletak di depan mata.Ku Berhasrat lagi untuk memulainya. Di negeri seberang aku akan mendaki puncak tertinggi, kutancapkan bendera setengah tiang bertuliskan PENDERITAAN...
Meski ku masih berduka,,,namun ia mengingatkanku untuk berjuang di sana. Dunia yang lain adalah dunia yang seharusnya dan musuh itu adalah diriku sebenarnya.
Kini, Aku hanya seorang.
Orang asing dan yang lainnya hanyalah pemicu segala. Tetap ku kan Ada. Tetap ku kan berAda.
Satu cinta yang tlah kaubekali dalam tulisan-tulisanku, mungkin hanyalah sepenggal kisah. Tapi bagiku, itu berarti nyata.
Terima kasih ayah...
Terima kasih guru...
terima kasih telah membawaku ke dalam duniamu yang hanya sementara.
Kini kau telah tiada, namun tetap meninggalkan eksistensimu dalam sebuah karya ...





*this note belongs to (alm.) Dr.Singkop Boas Boangmanalu, my greatest philosophy teacher.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar