Kamis, 12 Maret 2009

hidup

Hidupku begitu indah.Aku menjadikannya berwarna…

Kupikir hanya ada hitam putih saja. Tapi ternyata aku masih bisa menjadikannya cerah meskipun lebih banyak yang kelabu.

Kala itu aku ceria bersamanya, menunggu kereta ekonomi tujuan Bogor di bangku peron tujuan Jakarta. Hahaha! Sekedar memperbanyak waktu bersamanya dan aku benar2 memanfaatkannya…

Aku mendapatkan empat tahun dari kisahnya yang hampa dan aku merasa terpanggil untuk memberikan sentuhan warna untuknya.

Saat itu aku yang begitu menggebu-gebu menyayangi dirinya. Berusaha menahan dan menahan , menunggu tiba waktunya, sampai akhirnya aku bisa benar-benar menyayanginya.

Hari ini di kosan yang baru. Sepulang kerja aku bersamanya. Dengan orang lain yang bukan di peron.

Dan aku pun menghabiskan saat-saat terakhir dengannya. Kala itu hari terakhirku berada di sana. Sungguh aku menyayanginya, tapi ada yang berbeda. Aku tak bisa benar-benar menyayanginya. Aku tersangkut masa lalunya yang kelabu,

meski aku terpanggil untuk memberi keceriaan untuknya, meski aku terpanggil untuk melanjutkan dan menyempurnakan cintanya, Tapi sadar aku tak bisa.

Lantas langit menjadi gelap. Aku terpuruk dalam keadaan yang remang-remang. TAk ada cahaya, tak ada warna. Sadar aku tak sendiri. Seseorang di sampingku memberikan goresan tinta yang menutupi hitam.

Aku tersenyum dan bangkit. Aku tak sendiri kawan! Selalu ada kalian yang membekaliku dengan kasih sayang.

Aku terang lagi, aku ceria lagi!!!

TApi aku tidak ingin menghapus warna-warni hidupku. Aku tidak ingin gelap lagi. Aku tidak ingin jatuh lagi kawan.

Aku sisakan patahan2 warna ini, agar aku masih bisa melukis di atas kehitamanku.

Boleh kah kawan???

KUlihat masih ada warna yang utuh. Warna yang tidak pernah kusentuh beberapa bulan terakhir ini. Dia tidak indah, tapi memberikan hasil yang sempurna. Kupikir ini hanya tinta biasa…

Bukan hanya warna, melainkan menghasilkan kata-kata yang menjadikannya sungguh indah. Sempurna.

Kusimpan satu warna itu, agar aku bisa menulis di rumah, karena aku harus kembali pulang ke kotaku menaiki kereta Bogor yang selalu kutunggu di peron Jakarta…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar