Rabu, 16 Juni 2010

CERMIN

Aku berdiri di depan cermin, tapi tak berani menatapnya.aku hanya terunduk,tak ingin tertipu oleh bayangan.mataku memandang langsung diriku.tapi aku hanya bisa melihat selain tubuhku.
Cermin memanggil: "hey,kenapa kamu tidak bercermin saja? Kamu bisa dengan mudah melihat seluruh dirimu."
Aku menjawab ragu: "maaf cermin, bukan aku tidak percaya padamu"
Cermin menanggapi dengan angkuh: "aku tak akan membohongimu. Aku sanggup menampilkan sosokmu apa adanya, sebagaimana manusia menciptakanku,agar kalian bisa melihat diri kalian. lantas apa masalahmu?"
Aku: "mmm...masalahnya..kmu hanya menampilkan diriku dari luarnya saja,kmu tak bisa memperlihatkan isi hatiku,isi kepalaku,kmu tak bisa memberi aku penglihatan bahwa aku pun memiliki sisi lain lebih dari sekedar penampilan."
Cermin diam.Ia tertegun dan sadar akan kekurangan manusia yang menciptakan ia sedemikian rupa.Berkaca dengan cermin hanya mampu memberikan satu sudut pandang dari sebuah benda,padahal manusia sendiri yang memberi tagline bahwa cermin tak bisa bohong. Cermin pun akhirnya merasa dibohongi.
Aku: "Cermin,kau melihatku sedih,kau melihatku tertawa,kau melihatku marah,kau melihatku dlm berbagai emosi,tapi pernahkah kau tahu apa yang membuatku demikian?pernahkah kau tahu bagaimana membedakan raut penuh kebohongan?aku pun berusaha mencari tahu.tapi bukan kamu yang memberitahu.Aku sekarang menangis bukan karena aku ingin menangis,tapi karena ada hal lain yang mendorongku utk menangis.hanya saja aku tak bisa berkata2.Aku mencoba untuk menjadi sempurna,tapi aku pun tak bisa.Aku mencoba bercerita tapi selalu salah menyampaikannya.itu sebabnya orang lain selalu salah mengerti menganggapku.Sama seperti kamu,kmu hanya melihatku tapi kmu tak pernah tahu maksudku."
Seketika cermin menjadi retak perlahan2 dan akhirnya hancur ke lantai. Di dinding masih tersisa kayu yang selama ini menjadi penyangganya,paku dan gantungan yang menahannya,ukiran2 indah yang menghiasnya dan di pecahan cermin itu sendiri masih ada berlapis2 material yang membuatnya menjadi cermin.
Oh inilah wujud cermin seutuhnya.Cermin pun tak bisa berdiri sendiri. Seharusnya aku sudah tahu,tak perlu si cermin menghancurkan dirinya demi menunjukkan bagaimana ia.Aku bergegas merekatkan kembali pecahan cermin itu.mencari semacam perekat dan tak ingin membiarkannya hancur.
Dan aku pun seharusnya bertanya mengapa aku begini?karena aku tak berdiri sendiri.ada aku yang lain yang membuatku seperti ini.tak perlu aku menampilkan diri penuh emosi,tapi cukup mencari tahu dan menyembuhkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar