Kamis, 30 September 2010

Setan Ruang Kosong

Menyesal datangnya kemudian.
begitulah umumnya kudengar.
tapi seorang manusia bodoh yang sudah merasakan sesal dari awal membuat hidupnya tambah menyesal.
"setan kok dihampiri?" celetukku.
ia hanya mengangkat bahunya.
kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu kaku, seperti masih ragu untuk mengatakan sesuatu.
aku tidak memaksanya untuk berbicara, hanya bingung saja ia kepada siapa lagi hendak bercerita.
ya sudahlah.

***

pagi ini, ia sudah menutup hatinya. ini bukan cinta! melainkan satu rasa yang kadarnya kurang dari cinta, tapi tidak juga sayang.
seseorang yang akan ditemuinya pun bukan siapa-siapa. hanya teman biasa, tapi mesra. Oops! begitulah aku menilainya.
harusnya ia tidak maju. tapi mundur ke masa lalu. masa suram yang membawanya hidup dalam kebimbangan, keraguan dan ketidakpastian. bukan aku mengajarinya untuk tidak melihat masa depan, tapi seswekali tengoklah ke belakang, apa kesalahan yang sudah pernah ia buat jangan dibuat lagi, jangan diulangi lagi.
tapi memang dasar imannya lemah! ia menyisakan ruang untuk setan di rusuknya.
dan membiarkan mahluk laknat itu menempati kekosongan pikirannya.
duduk dalam ruang gelap, tak berpenghuni, dingin dan mati.
darimana lagi kehangatan yang ia harapkan selain dari hati yang mengisinya. bodoh!
sementara ia tak ingat Tuhan kala itu. ia menganggapnya seperti kesenangan yang mungkin takkan bisa lagi ia dapatkan. kala itu, hanya kala itu.

***

aku menempatinya di atas kursi rotan. menyiapkan air sari mawar, dan menyuruhnya menyucikan seluruh badannya.
apa gerangan yang masih dipikirkannya, seolah ia tak bisa menang atas keusilan penggoda-penggoda iman itu.
"lihat ke belakang Andromeda! lihat!" aku setengah memarahi.
bayangan air dalam tempayan menunjukkan kisah lalunya. iblis!
betapa terpuruknya ia kala itu, dan kini semakin terpuruk.
ia meneteskan derai air mata tanpa sanggup berkaca. pikirannya kosong. mati.
sudahlah, ini hidup. ketika jatuh, bukan berarti tak bisa bangkit lagi. biarkan setan itu berkeliarkan di sekitarmu tapi jangan kau biarkan ia menempati ruang kosong dalam dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar