Selasa, 18 Mei 2010

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Saya baru saja menikmati hiruk pikuk ini. Tempat ini, perusahaan ini dan industri ini. Pekerjaan dengan kesibukan yang tiada matinya, service dan language. It's my life. Tapi wajah hospitality hanyalah WACANA.
Saya hanya berusaha mengikuti peraturan di perusahaan ini, dan berusaha mengaplikasikan kemampuan saya sebaik mungkin tanpa ingin menyalahi aturan yang ada. Saya memang tenang, santai, dan jinak. Tapi jangan menilai terlalu dangkal tentang wajah saya yang dungu seperti badut. Jangan pernah memanfaatkan orang seperti saya. NEVER!
Saya hanya berusaha menjadi orang yang apa adanya: saya bisa marah kalau ada membuat saya marah, saya juga bisa ramah kalau mereka pun ramah. Tapi nampaknya saya terlalu baik pada semua orang, mengingat saya baru beberapa bulan di sini dan sedang berusaha mencuri perhatian para superior agar saya dianggap ADA.

Berkali-kali saya memasuki tempat ini. Area di belakang meja kerja saya. Rusuh dan berantakan. Bagai rantai makanan-- Makan dan dimakan. Saya gambarkan seekor musang yang menanti anak ayam untuk disantap. Kedatangan anak ayam itu hanya sekali setahun. bayangkan betapa laparnya mereka, dan berlomba-lomba mendapatkannya demi kekenyangan perut mereka sendiri. Sementara anak ayam itu tidak bisa lari, bagaimanapun harus masuk lagi ke kandang musang sampai mereka menjadi jinak dan bosan bahkan sampai anak ayam itu mati menangis. Malang nian nasib anak ayam itu.
Wajah dapur sebuah hotel. Ada para juru masak, dan kru lain yang bertugas mengantar makanan, juga para manager dan supervisor yang mengawasi. MENGAWASI.
Saya berani bilang: Terkadang Mereka melupakan personal hygiene. Mereka lupa akan atittude. Mereka lupa akan arti hospitality (keramahtamahan) yang seharusnya. Hei kawan, ini hotel bukan warung! Beberapa kali juga saya mengamati betapa pentingnya sebuah posisi dan jabatan di sini. Mungkin bisa dianggap sebagai achievement. Tapi bagaimana mereka menempatkannya? Satu hal yang buruk. Sekali lagi saya harus bilang "Hospitality hanyalah Wacana!". Padahal mereka memulai karirnya dari level terendah, yang juga dibekali dengan pentingnya keramahtamahan di industri ini, berkali-kali mereka mengikuti training tentang Grooming & Courtesy, tapi mana? saya hanya melihat wujudnya nol koma nol nol nol nol persen dari mereka. TOPENG.

Saya cukup banyak diam, belum mengambil tindakan apapun. Bukan saya takut, bukan saya pengecut, tapi saya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan orang-orang tersebut. Pelecehan sexual sudah menjadi masalah menahun dalam industri ini, tapi kenapa selalu ada lagi, ada lagi, dan lagi. Apa tidak ada sanksi dengan efek jera bagi mereka yang melakukannya? Saya sudah bilang, saya terlalu baik di sini dan mereka memanfaatkan kebaikan saya yang seolah-olah terkesan murahan. Tidak. Mereka salah besar! ketika saya selalu tersenyum adalah karena saya menikmati dunia ini. Itu saja.

Mereka berani menyentuh saya, dan saya balas dengan tamparan. Tindakan dibalas dengan tindakan. Cukup adil buat saya. Seberapa tinggi sih jabatan mereka? saya tidak pernah takut menghadapi kesalahan. Mereka cuma bisa marah dan mengingatkan saya bahwa mereka adalah atasan, mereka adalah bos, seolah-olah mereka juga berkuasa atas segala-galanya. "Tapi harusnya Anda tahu diri, tahu batasannya, bisa bersikap profesional dan tidak melecehkan, bukan memanfaatkan posisi Anda untuk merendahkan orang lain!" begitulah saya berbicara di depan banyak orang, disaksikan beribu pasang mata dari berbagai departement.

"Tak punya Adab!" gertaknya. Tunggu! arti beradab itu apa? saya kuatkan dengan mencari maknanya di KBBI.
Adab berarti n kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak:
ber·a·dab v 1 mempunyai adab; mempunyai budi bahasa yg baik; berlaku sopan: perbuatannya spt kelakuan orang yg tidak ~; 2 telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya:
meng·a·dabi v memperlakukan dng sopan; menghormati: sbg orang sopan kita harus ~ sesama manusia;
per·a·dab·an n 1 kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin: bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama tingkat ~ nya; 2 hal yg menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa;
mem·per·a·dab·kan v mengusahakan supaya beradab; meningkatkan taraf hidup; membudayakan:
ke·a·dab·an n ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin; kebaikan budi pekerti (budi bahasa dsb):


Terbuktilah siapa yang tidak punya adab sesungguhnya. Ketika salah hanya bisa marah. Bertingkah seenaknya karena tameng jabatan. If i work in a foreign company, i will send you home. Seandainya hukum bisa berbicara seadil-adilnya di perusahaan ini, di negara ini, Saya sudah mengadukannya ke personalia. Tapi percuma, tidak pernah ada imbalan yang setimpal. Good people will deserve a bad thing at least nothing. Begitu kira-kira gambaran anak-anak ayam di Hospitality Industry ini yang hanya sekedar Wacana.

Entah kepada siapa lagi saya harus mengadu. Kejadian ini sudah menimpa saya dan teman-teman saya. Kami bukan babu, kami bekerja bukan untuk diinjak-injak. Sayangnya kami terlalu mencintai pekerjaan ini dan tak bisa mengusir mereka begitu saja. Kami korban tapi kami yang diusir. Sungguh tak ada pentingnya lagi sisi kemanusiaan yang adil dan beradab. Kalau hukum buta jabatan dan uang, sudah pasti saya akan menuntut seadil-adilnya dan seadab-adabnya.

::cheers::

Tidak ada komentar:

Posting Komentar