Jumat, 23 Juli 2010

Tanyakan Saja Pada Rumput Yang Bergoyang

Oh Tuhan...keluhku.
mataku mulai lelap membuka lembar demi lembar buku yang berisikan kata2, yang tak pernah bisa masuk ke dalam otakku. tapi tak gunalah jika mengeluh.
aku bersandar pada bangku yang menghubungkan pandanganku dengan lapangan sepak bola yang hijau. angin sepoi2 terkadang menggelitik leher dan tubuhku.
mulailah aku berbicara seorang diri. kutahan tangisku, kutahan amarahku, kutahan kesalku. aku mencoba melihat dari sisi yang lain karena aku beruntung Tuhan selalu baik kepadaku.
Tapi tetap saja kepalaku mau pecah rasanya. sekelompok hedonis mencoba menjajakan dirinya kepada siapa saja. spirit dan beer menyetaniku dengan iming2 kehangatan dan persahabatan. Ah terlalu!
aku menumpahkan benak kepada rumput. sudah kuinjak2 rumput itu. sudah kucabut dia dari akarnya dan sudah kutuangkan pula keringatku, air liurku, dan segala sumpah serapahku. tanya saja pada rumput yang bergoyang. aku suka pepatah ini.tanyakan bagaimana rasanya ketika ia terinjak2, tercabut dari akarnya lalu mati.. rimput yang tidak tahu apa2. tapi biarlah ia juga menikmati sajian hidup.