Rabu, 14 April 2010

WSKFLHBSABOAP

Walking on the gravel.
Sharp and hurt.
Keep smiling of it. Keep struggling for rich.
Forgeting my pain that stabs over.
Leaving falsity of life.
Probleming a hypocrisy.
Beautifying blood that came out from body of heroes.
Standing in the middle of sins.
And filling with the tears.
Bible and religion lead me half. Satan and Inferno are welcoming in their hospitality.
Only A word comes to my brain since beginning. A Happiness that never fade by its mean.
And I come toward to reach.
Paradise.

Selasa, 13 April 2010

K U R S I P A N A S

Saya duduk di kursi panas. Menghadiri monthly meeting untuk kedua kalinya. Pertama kali ketika saya baru bergabung di perusahaan ini, dan kedua kalinya ketika saya akan keluar dari perusahaan ini. Sebelum-sebelumnya, bukannya saya mangkir, tapi karena saya sibuk mengisi ilmu di otak saya.
Saya berada di ruangan yang tidak lagi kondusif. Penuh persaingan yang kotor, bersama orang-orang yang tidak mengenal kata harmonis.
Saya merasa akan disidang hari ini. Anggaplah saya akan dikeluarkan dengan tidak hormat, meskipun saya telah mengajukan surat pengunduran diri sebelum saya diinjak-injak di sini.

^^^

Senin lalu, Saya istirahat berdua dengan atasan saya. Atasan yang paling atas jabatannya di kantor. Agak kaku memang. Karena beliau adalah orang yang disegani meskipun watak aslinya sangat konyol dan otaknya selalu dipenuhi dengan imajinasi-imajinasi lekuk tubuh wanita telanjang.
Tapi saya mengambil kesempatan emas ini untuk mengeluarkan seluruh batin saya. Kejadian-kejadian di tempat kerja, yang seperti sudah saya bilang ‘sudah tidak kondusif lagi, penuh persaingan kotor, dan tanpa keharmonisan’.
Saya bertanya dengan pembukaan yang menuju sasaran. Saya ingin membahas tentang para klien yang mengeluh. Intinya beberapa di antara mereka tidak puas dengan hasil kerja kita. Beberapa. Bukan satu orang saja. Berarti ini adalah masalah yang krusial menurut saya. Lagi-lagi saya harus menyinggung mantra “Customer is A King”. Tapi memang itu penilaian saya terhadap perusahaan ini. Partner saya hanya mengandalkan service tapi tidak pernah memikirkan achievement-nya yaitu satisfied. Padahal kepuasan adalah gol dari segala-galanya..
Saya bercerita kepada beliau, atasan saya, tanpa menyebut nama pelakunya. Berkali-kali saya harus berdebat dengan mereka, karena saya ber-empati kepada klien saya. Ada satu kejadian, mereka adalah member di tempat kami, tapi sedihnya mereka tidak pernah mendapatkan sesuatu yang special di sini, hingga mereka membandingkan dengan kualitas cabang lain yang lebih memahami keinginan mereka. Saya selalu berdebat dengan para senior yang bertugas, ketika para member meminta sesuatu yang masuk akal, yang tidak mengubah nilai jual, tetapi hanya mengubah standar, dan mudah dilakukan. Tapi kakak-kakak itu selalu balik memarahi saya. Mengatakan saya tidak punya otak untuk berpikir mengenai standarisasi. Justru saya berpikir dengan otak. Dan saya membela klien saya. Karena kalian bukannya tidak bisa melakukan apa yang mereka inginkan, kalian malas. Hidup kalian di tempat ini terlalu kaku, pakem akan standar. Sungguh ibanya saya terhadap kelangsungan perusahaan ini,. Kalian hanya mengejar poin dan omzet penjualan, tapi tidak mau memikirkan arti kepuasan.
Padahal, di awal karir saya belajar banyak dari partner saya, bahkan saya mencuri ilmu mereka. Tapi faktanya mereka pun tidak bisa memberi contoh kepada saya. NATO—No Action Talk Only. Mereka selalu berbicara tentang tingkah laku, tentang etika, tapi mereka sendiri tidak membuktikannya. Grooming and Courtesy. Ketika saya menyerang balik dengan bumerang mereka sendiri, mereka tetap berkelit dan mengeluarkan kata sakti “Pasal satu, Senior selalu benar”.
Baiklah kakak senior, saya sudah menyerang Anda. Sekarang silakan serang saya.
Dan atasan saya banyak mengangguk mendengar curahan hati saya.

^^^

Kursi ini semakin panas. Saya duduk diantara para senior, yang juga adalah partner saya. Berbicaralah atasan saya memimpin rapat, hingga akhirnya beliau membahas semua yang pernah saya bahas bersamanya. Saya tahu sedikit banyak beliau setuju dengan saya, maka dari itu saya berani menceritakannya.
Mereka marah. Benar-benar marah dan melakukan pembelaan sampai titik darah penghabisan. Mereka marah terhadap saya,. Dikiranya saya mengadu domba, padahal saya tidak pernah menyebut nama, bahkan atasan saya pun tidak menunjuk siapa orangnya. Tapi yang merasa akhirnya berbicara.
Mereka menunjuk muka saya. Sungguh tidak sopan. Tapi saya masih diam, hingga waktu mengijinkan saya untuk berbicara. Dan saya mendapatkan poin penting bahwa mereka sengaja menumpuk beban pada saya. Karena saya anak baru? Bahwasanya saya adalah mediator antara klien dan perusahaan. Jadi apapun itu komentar para klien, tentang produk dan pelayanan, maka akan jatuh kepada diri saya dan saya tinggal menyampaikannya kepada perusahaan. Segala bentuk complaint dan compliment, saya yang menelannya pertama kali.
Akhirnya saya mengerti, saya hanya jadi kambing hitam di sini. Dalam rapat sebelum-sebelum ternyata mereka banyak membahasa tentang saya. Kesalahan yang saya perbuat dan tidak perbuat. Betapa lebih mengagumkannya mereka, tidak pernah membahasnya bersama saya melainkan langsung membawa ke meja sidang, tanpa menghadirkan saksi dan barang bukti. Amazingly! Baiklah, saya tidak punya banyak waktu di sini. Segala kebenaran dari saya adalah kesalahan. Tapi segala kesalahan dari kalian adalah pembenaran. Tentu saya bukan kambing hitam di sini, saya adalah harimau yang mengamuk. Sungguh menyedihkan. Kalian mencari muka rupanya.

Senin, 12 April 2010

a moment

i always miss that moment, that you never realize.

i miss that moment when we looked each other, then i got a crush.

i miss, i miss, i miss, and i always miss that moment when we declared it.

THE PRETTY ALWAYS COMES CRAWLING BACK

Always think how not gratefully i am for anything that God has given, yet i was wrong. Think twice to ensure this.
God send me the way to open my eyes about the real life, about the pathetic situation, even crawl. God challenges me to struggle. And I accepted it.

***

This is my life's story. I was born to be an ambitious woman,in which I never againt an optimistic but fight with all kind of odd.
Never care??
Love Love Love to be a thinker, surrender to be a logical, sail to be a hero when they spread a punishment. I make it real, not only dream.
The pretty always comes crawling back. Move from the past. Criticism now. Arrange the future. And never say no to go.
Hell, Heaven. Blood, Bone, Water, Fire, Sea, River, Spear, Arrow...they toward to my life. My temporarily life. But i damn pretty sure, they come to wake me from my irrational life....

Sabtu, 10 April 2010

KOTAK MASUK

"2232!!!", sibuknya aku menghapus email-email yang tidak kubuka selama hampir dua minggu. Belum termasuk 300-an spam yang mengganggu..uuuh!

Tak sempat kubaca satu per satu apa isi e-mail itu. Kebanyakan notification dari Facebook, Twitter, atau paling-paling juga mailing list yang isinya terlalu intern.

Tapi saking sibuknya aku menghapus mereka dari daftar "kotak masuk", aku benar-benar khilaf telah melupakan kerjaanku yang dikirim oleh bos via e-mail. Terlalu asyik liburan, padahal aku harus tetap mengerjakan laporan yang deadline 2 hari lagi. Aku baru sadar setelah aku membaca offline message dari beliau, yang saat ini sedang pulang kampung ke Negaranya Hitler.

"Re, i hv sent u some files in pdf. Re-check please. I'm going 2 Germany 2mrrow. Do this. Have a great holiday! CU"

Gosh...pasti itu bahan yang harus aku periksa untuk meeting. Data-data manajemen yang aku kerjakan hampir 3 bulan kuhapus begitu saja!OOOh. Aku sibuk mericek kotak masuk satu persatu. siapa tahu aku belum menghapusnya..gila gila gila! tidak ada!!! Sudah pasti bos-ku menolak alasan yang masuk akal sekalipun. Dia amat sangat perfeksionis. Bekerja dengan orang Eropa haruslah seperti ini. Disiplin tingkat tinggi. Padahal dalam meeting itu aku akan dipromosi menjadi Senior PPS, tapi kalau data manajemen hilang... Hired or Fired!!

"Boss, sorry for disturbing your holiday.This is about our report for meeting. I have check our data and there's some revision, not too much,but would you sent me again. I forgot to save it in my flashdisk. Virus attacked to my laptop and I lost it. Sorry Boss.. Thanks before"

"What files?"

Bos yang online pada saat itu langsung menjawab kegalauanku.

"Management Data, you sent me two weeks ago. For the next meeting, right?"

"Dear...do not lie. You haven't check it???"

DEG...matilah aku..kok dia tahu kalau aku bohong. Kenapa dia tahu kalau aku memang belum memeriksa data? Berpikirlah aku tentang file itu. Mungkin si bos menunggu jawabanku di sana.

"where have you been?"

Matilah matilah matilah aku! 12 hari aku menggila di Bali bersama seorang lelaki yang baru kukenal di bandara. Bukan teman, bukan pacar, tapi benar-benar seorang yang baru kukenal dan sepertinya dia baik. Aku diberi waktu 2 minggu untuk libur, lalu aku memutuskan pergi ke Bali menengok keluargaku, tapi yang terjadi adalah...aku pergi dengan seorang laki-laki yang ganteng, muda dan kaya, dan kita mabuk bersama di hari pertama. Setelah itu aku menginap di cottage yang ia sewa bersama teman-temannya. Dan Ia mengenalkanku sebagai kekasihnya. Lalu aku mau saja dibuatnya demikian. Lantas liburanku usai, aku tak bertemu keluargaku, aku melupakan pekerjaanku bahkan aku membohongi pacar dan keluargaku.

"Honey...there's no news from you. I sent you a ticket to come here. and i waited you in the airport. However seems like you enjoy your holiday."

Whaaaaaatttttt??? Bos-ku yang juga adalah pacarku, ternyata mengirim tiket ke Jerman untukku. Aku tertunduk lesu. entah alasan apalagi yang akan kubuat kali ini. Kebohongan tentang meeting report, 2 weeks holiday, apapun itu...tak akan meyakinkan orang Eropa.

Yang jelas Kotak Masuk-ku bertambah. Ada tag foto dari seseorang yang baru saja menghabiskan liburan bersamaku di Bali. Yang aku ingat, kami berciuman dan seorang temannya mengabadikannya dalam bidikan kamera.

Jumat, 09 April 2010

GERIATRICS

Geriatrics merupakan salah satu istilah medis yang merujuk kepada metode atau cara pengobatan (treatment). Secara definitif Geriatrics memiliki arti medical care of old people. Tujuannya adalah untuk mengkampanyekan kesehatan dan mencegah penyakit serta disabilitasi para lansia.

Namun kata 'Geriatrics' ini mengalami perluasan makna. Dalam sejarah perkembangan pergaulan Amerika, anak-anak muda mengadopsi istilah Geriatrics ini, dan ditujukan pada mereka yang kuper dalam hal sex. Khususnya bagi mereka yang masih tinggal dengan orang tuanya coz they have some strict rules. Misalnya, melarang anak untuk berpacaran, memberlakukan jam malam, menemani putra-putrinya pergi kemana saja, pokoknya aturan-aturan yang ketat dengan maksud melindungi anaknya. Jadi Geriatrics juga berarti cara yang diterapkan orang tua kepada anaknya agar terhindar dari pergaulan bebas atau sex. Sebenarnya jika digarisbawahi, sex itu tidak melulu menyiratkan free sex atau making love. Menjalin hubungan dengan lawan jenis, hanya berpegangan tangan, berpelukan dan berciuman itu pun termasuk kategori sex (yang tidak berbahaya). Tapi tetap saja, Keadaan sosial yang ganjil bagi masyarakat Amerika, mengingat mereka hidup dengan budaya yang kental akan pergaulan bebas sehingga sex dalam pengertian mereka merujuk pada perbuatan Making Love. Sehingga Geriatrics ini dianggap kolot, konservatif, dan sangat tidak western.

"Seems your mother was never young.Hahahaha!!!", begitu kata para remaja perempuan yang mencela Geriatrics tersebut.

Jika kita bandingkan dengan budaya timur, tentu Geriatrics ini justru akan semakin diketatkan dan semakin dikembangkan kualitasnya. Tapi sepertinya pergaulan Barat telah merasuki Timur. 80% para remaja putra dan putri telah kehilangan virginitasnya, dan 30% dari mereka married by accident, resiko yang harus ditanggung akibat melakukan free sex dan sex pra-nikah. Jadi jika kita bicara tentang Geriatrics di wilayah Timur, eksistensinya menjadi absurd, karena free sex seolah sedang menjadi tren sejak satu dasawarsa terakhir. Gaya pergaulan masyarakat kota yang semakin kebarat-baratan, semakin menendang pula metode Geriatrics tersebut, yaa..meskipun susah-susah gampang menerapkannya, tapi free sex itu belum dianggap budaya di Timur.

So, How Geriatrics Are You????

Rabu, 07 April 2010

Bos dan Sekretaris

Aku mengintip dari lubang pintu. Bukan hanya alarmku saja yang menggerakanku pagi buta, tapi suara-suara gaduh di ruangan itu pula yang membuatku tidak nyenyak dari semalam. Dari pada aku mati penasaran rasanya tidak apa-apa aku kepo akan privasi orang. Sekali ini saja!

Bekerja di agen periklanan memang sering memaksaku untuk tidak pulang. Setiap hari deadline. Setiap hari revisi. Setiap hari diracuni oleh kemauan klien yang konservatif. Maka kantor ini adalah rumah keduaku.

Aku memang sangat tidak sopan ketika sengaja melihat adegan mesum mereka. Tapi mungkin mereka lupa itu bukan kamar tidur, melainkan ruang meeting yang dilengkapi dengan CCTV.

Orang-orang tetap tenang di hari itu meski kami sangat heboh menyaksikan barang bukti. Menahan nafsu untuk bergosip
Padahal di antara kami sudah pada gatal mulutnya.. Duet maut antara Bos dan sekretarisnya, meninggalkan sejuta tanya di benak kami. Bos kami yang bijaksana, rambut serta kumisnya sudah memutih, dan sekretaris yang selalu menjadi idola. Bukan apa-apa. Tapi masalahnya sekretarisnya juga adalah laki-laki, dan miliknya super kecil.

Bayangan Bulir Hujan

Aku mencoba menghitung bulir air hujan di dekatku. Satu. Dua. Tiga. Empat. Sepuluh. Sebelas. Sepuluh. Dan kuhitung lagi bulir yang sudah kuhitung. Tak terhingga jumlahnya. Bulir-bulir itu mengganggu pandanganku saja. Aaah…

Sengaja kupilih meja yang bersandar dengan kaca besar transparan pengganti dinding kokoh, aku ingin mencicipi juga “hidangan tambahan” di luar restoran ini.
Sepiring kecil baba aux rhum dan segelas hot lemon tea menemaniku yang tengah gila khayal. Geli melihat sepasang laki-laki bergandengan tangan dan sesekali saling memegang pinggang. Bukan fenomena luar biasa memang. Tapi salah satu dari mereka adalah guruku. Guru agama.

!!!

Senin, 05 April 2010

Catatan Seorang Pekerja

Mar 2008

Di akhir semester saya harus berkutat dengan revisi skripsi filsafat eksistensialisme. Saya berjuang mencari waktu luang untuk mengutak-atik lembar demi lembar, mengesinambungkan paragraf demi paragraf,menganalisis kalimat demi kalimat, dan mencurahkan kata demi kata. Sementara di waktu lain saya harus menyusun skrip dengan narasi yang juga diubah-ubah oleh bapak produser, meeting dengan klien, mencari talent, berpanas-panasan dengan deadline...aaaahhh...bersyukurnya saya mendapatkan pekerjaan sebelum resmi sarjana, meskipun dibayar lunas di akhir kontrak.

Sept 2008

Saya benci gosip. Saya tak ada urusan dengan manusia-manusia di televisi itu. Tapi ini sepertinya menjadi guilty pleasure untuk saya, karena saya dengan leluasa bisa membuat karangan bebas tentang mereka tanpa mengenal hari libur dan buta tanggal merah. Saya pijakan kaki saya di tempat ini setelah wisuda. Saya mengais rupiah dan mendulangnya. Tapi saya hampir tak pernah pulang, saya tak mengenal keluarga, saya tak bertemu siang dan rindu matahari, dan yang paling parah lagi,, saya selingkuh!!!

Jun 2009

Saya menghitung ratusan juta, mencetaknya dan memberinya kepada orang lain. Uang itu bukan hak saya. Saya hanya membantu mereka menyimpan uang di bank. Yang saya sadari adalah saya menyenangi pekerjaan ini dengan terpaksa. Rasanya tidak sesuai dengan tagline perusahaan saya yang suka melayani dengan setulus hati Tapi saya benar-benar enjoy bertemu orang lain, berkenalan dengan orang lain, menikmati sesaknya kereta di pagi hari, mengenal siang. memakan bekal buatan mama di kantor, menikmati makanan gratis setiap minggu, saya senang dengan hal itu. Bahkan saya pun senang membuang tiga juta begitu saja dari rekening saya!!!

Dec 2009
Saya adalah mahasiswa lulusan universitas ternama di negeri ini. Hobi saya bekerja tanpa hari libur. Saya bertugas untuk melayani dan melayani. Menikmati setiap tetes keringat yang mengucur dari kening. Saya berada di suasana America-Eropa. Tampaknya masa depan saya mulai tertata. Satu langkah saja menuju cita-cita saya. Meski saya harus jauh dari keluarga, tapi saya bahagia. Saya tau! Saya tau! Semuanya ego yang berbicara. Ketika saya mencari kerja dan mendapatkannya adalah hati saya yang berbicara. Tapi Ini yang nyata. Bekerja bukan cuma mengais rupiah tapi juga menikmatinya...

MARRIAGE. IS ONLY NEED LOVE AS A FOUNDATION???


“Love is blind, but marriage restores its sight.” (George C.Lictenberg)


Percintaan dua sejoli yang sejalan akan tertuju pada pernikahan. Cinta adalah pondasi dan pernikahan adalah bangunannya. Tapi pondasi cinta saja tidak cukup. Ada pondasi-pondasi lain yang harus dipikirkan sebelum dan setelah melangkah ke jenjang pernikahan. Pernikahan tidak melulu sebagai tujuan akhir dari suatu hubungan. Toh cinta tidak harus memiliki, begitu pepatah lain menyimpulkan.

Jaman ibu saya beranjak remaja, banyak gadis yang dinikahkan begitu lulus sekolah dasar. Apa sudah ada cinta di usia sebelia itu? Entah. Cinta itu buta katanya. Dan sekarang pun masih menjadi fenomena, nikah muda. Cinta, cita, tren, atau kesalahan??? Apapun itu pernikahan masih menjadi cita-cita (baca: keharusan). Ketika datang ke sebuah pesta pernikahan kerabat, sedikit timbul rasa sirik ingin juga segera menikah, atau ada harapan biar cepat-cepat menular.

Saya pun demikian. Saya yang masih berusia 20 tahun kala itu memimpikan pernikahan yang mungkin akan terjadi 2-3 tahun lagi. Tidak ada alasan yang spesifik. Tapi intinya image pernikahan itu sendiri akan baik untuk saya. Untungnya realita hidup membuat saya tidak segegabah itu menilai pernikahan. Lambat laun keinginan saya untuk menikah di usia muda memudar. Alasannya? Karena belum siap. Bukan menyiapkan mental dan fisik serta bekal cinta saja, tapi juga dalam hal emosional, finansial, spiritual dan waktu. Ternyata saya belum cukup dewasa menyikapi makna pernikahan itu sendiri. Ketika dihadapkan pada pernikahan berarti saya dan pasangan harus sudah mapan. Pernikahan membutuhkan biaya, pernikahan membutuhkan kedewasaan, pernikahan membutuhkan kesabaran, ada visi dan misi and so on and so on.

Memang benar pernikahan akan membuka mata kita yang tertutup oleh cinta. Detil dari pasangan kita akan muncul dan semakin muncul. Masalah umum yang terjadi setelah menikah salah satunya adalah ketidakcocokan. Bahkan ketidakcocokan itu bisa muncul setelah memasuki usia pernikahan perak. Wow!!!

Namun, Apapun itu sah-sah saja jika ada yang menikah muda, menikah tua, atau menikah setengah matang. Saya tidak selalu memandang skeptis atas sebuah pernikahan. Tentu saya harus optimis! Tidak masalah untuk siapa pun yang menginginkan pernikahan. Saya pun jika sudah saatnya nanti pasti akan menikah. Bukan karena tren atau modal cinta, tapi karena saya memang menginginkan pernikahan yang matang dan sekali seumur hidup.

Love!
Love!
Love!
Marriage!
Marriage!
Marriage!

###

Minggu, 04 April 2010

Chicken Team in My Galley, I Proved it To YOU!!!

Again! I faught with them. I taught you how to make our customer satisfied. Live in this field it’s not only service and service. They are our member. But you never give something special to them. Don’t you know that they always compare our service with other. You said, “It’s knotty!” Knotty means you can do it but you are lazy to do it. See???

I showed you how to make a portion of sandwich based on request. You just have to slice a smoked beef and cheese into two. Then you put them in the right side for smoked beef and in the left side for cheese. And slice it! So, you will find a beef n cheese sandwich as they wish. How easy that way!!

Why you never think to be creative. You said I don’t have a brain, I can’t think. And of course I can’t stop you to say that, then I showed you until you closed your cheapen mouth. I tried to find a way to respect you, but as time goes by itself, I really don’t care with a clause, “Seniors are always right!”. That’s not valid in our place. Because you are too idiot for doing anything. Because you are apathic. Because you never place yourself as a customer. You’re just maid!

Common guys, be a realist. Don’t hide like a chicken that you eat everyday!



*This note is dedicated to my team in our galley! Especially for D ‘the Sissy’ and L and all of you who never realize!

SALARY MANAGEMENT



Setiap bulan saya harus: pergi ke dokter kulit untuk perawatan wajah, pergi ke gym dan berenang untuk mendapatkan tubuh yang sehat, beli baju untuk menghindari penampilan yang monoton, pergi ke salon untuk creambath dan luluran, hangout bersama teman2 dan nongkrong di middle up resto, dan banyak lagi, dan banyak lagi….


Hal-hal di atas akan dinilai sebagai hal tersier tapi juga bersifat prioritas. Terkadang kita tidak bisa meninggalkan sesuatu yang rutin dilakukan meski itu akan menghabiskan gaji Anda. Sebetulnya apa yang Anda lakukan untuk kepentingan Anda ya tidak apa-apa selama tidak merugikan. Tapi jika akhirnya Anda mengeluh, sebaiknya Anda mulai me-manage pengeluaran Anda.

Jangan membuang bon-bon belanjaan, itu bukan sampah melainkan bukti kas Anda. Catatlah berapa pengeluaran Anda, buat seperti buku kas (ada catatan pemasukan dan pengeluaran), jangan lupa untuk melampirkan bon-bon belanjaan tadi. Jika dari bulan ke bulan pengeluaran Anda meningkat, ini wajib diwaspadai. Artinya Anda boros!

Perhitungkan sebaik mungkin, apakah si tersier itu benar-benar menguras uang simpanan Anda? Jika ya, belajarlah untuk me-manage pengeluaran agar Anda masih bisa tetap menabung. Sisihkan setidaknya 30%-50% dari gaji Anda untuk ‘Tabungan Hilang’, yaitu Tabungan yang tidak bisa Anda ambil uangnya. Dan sisanya silakan Anda pergunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau jika memang ada lebihnya bisa digunakan untuk kebutuhan tersier tadi.

Jika Anda memiliki kartu kredit, saya harus mengatakan STOP untuk menggunakannya. Mencicil itu memang mempermudah (baca: menghemat) pembayaran kita yang terkesan tidak banyak mengeluarkan uang, tapi jika Anda selalu menggunakannya termasuk untuk hal-hal kecil (makan, nonton, dll) itu justru akan memaksa Anda untuk terus berhutang, padahal Anda masih mampu untuk membayarnya saat itu juga. Bayangkan hidup anda akan terus dikejar hutang. Apakah Anda merasa nyaman dengan hal itu??? Coba tonton A Confession of Shopaholic deh.

Anda benar-benar tidak bisa lagi mengerem pengeluaran tersier tersebut, cobalah cari penghasilan tambahan. Mungkin hobi Anda bisa mendatangkan uang seperti menulis, fotografi, dance, design graphis, kerajinan tangan, dsb. Intinya jangan sampai Anda kehabisan uang sebelum gaji turun. Ga mau kan gigit jari ketika melihat orang lain bisa bersenang-senang??

Ingat! Akan ada biaya tak terduga dalam hidup Anda. Kita memang tidak berharap ini terjadi, tapi kalau sudah dihadapkan pada penyakit, mungkin Anda harus ke dokter, membeli obat, rawat inap dll, dan kesemuanya tentu akan menguras uang Anda. Sukur kalau biayanya di-rembuirse oleh perusahaan Anda. Kalau tidak?? Harus ada yang dikorbankan kan?

Selain hal di atas, tetap ingat untuk menyisihkan 2,5% harta Anda kepada fakir miskin. Harta kita dan segala hal di dunia ini adalah titipan Yang Maha Kuasa, jadi jangan pelit untuk menyedekahkan rejeki kita kepada sesama.

::CHEERS::

CUSTOMER IS KING?? REALLY??? HOW DO WE SERVE THEM???

Teringat akan pekerjaan saya yang focus pada pelayanan demi mencapai kepuasan. Ketika terjun di bidang Hospitality saya selalu dicekoki mantra ‘Customer is A King’. Mereka adalah segala-galanya untuk perusahaan. Anggaplah mereka sebagai tamu kerajaan (baca: Raja), dimana kita harus melayaninya dengan sangat. But, in my opinion, there’s a big NO for some reason…

Ini adalah masalah dimana seorang staff bisa melayani customer-nya dengan baik dan benar. Sudut pandang saya sebagai seorang staff menanggapi ‘Para Raja’ tadi hanyalah tentang pelayanan bukan produk! Kenapa? Karena selalu ada aturan dan ketentuan yang berlaku. Selalu ada perhitungan untung dan rugi di pihak perusahaan, dan pastinya mengandalkan win-win solution.

Adalah sangat baik ketika seorang karyawan bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan customernya. Kita juga harus tahu bagaimana melayani mereka sebaik mungkin. Bukan cuma teori tapi praktek, termasuk mengetahui psikologis customer tersebut. Intinya Know Your Customer sangat memegang peranan penting disini. Kita harus tahu mana regulars, tamu VIP/VVIP. Pemegang kartu platinum, dan customers yang harus diperlakukan ‘special’. Tapi jangan pernah takut kehilangan mereka yang complain, ketika kita sudah menjalankan peran dan tugas kita sesuai standart company.

Ada sebuah kasus. Ketika itu jam stirahat dan saya pergi ke foodcourt untuk menikmati ayam goreng cepat saji yang terkenal nikmat. Antriannya begitu panjang, sampai saya harus mengantri setengah jam hanya untuk makan. Di samping saya berdiri dua orang ibu yang kelihatan tidak sabar dan terus mengeluh tentang pelayanannya yang lama. Tibalah giliran mereka untuk memesan, tapi ternyata menu yang mereka inginkan not ready stock, maka staffnya meminta maaf dan memberi solusi dengan menawarkan menu lain atau menunggu pesanan yang diinginkan. Tindakan yang tepat menurut saya untuk handling complain: do apologize & give solusion. Tapi apa yang terjadi? Mereka marah dan merasa restoran itu tidak profesional dalam melayani dan menyiapkan makanan. Padahal sudah ada solusi yang ditawarkan, tapi tetap saja dua ibu itu tidak memberi jalan keluar melainkan memaki.
Akhirnya sang Manager turun tangan dan memberikan dua ice cream cone gratis atas pelayanannya yang tidak memuaskan tersebut. Dua ibu itu malah semakin marah dan menganggapnya menyogok, meskipun ujung-ujungnya mereka menerima tawaran sang Manager tersebut. Hmm,,, Terlalu emosional dan kata-kata yang keluar di ujung kalimat adalah “saya ga mau bayar!!!”. How come? It didn’t make sense??? Inikah yang harus perusahaan terima karena mereka adalah seorang RAJA???

Kasus lain. Ini terjadi ketika saya yang melayani. Seorang customer memesan black coffee jenis Robusta, yang memang secara fakta rasanya strong n bitter. Saya menjelaskan tentang rasanya dan penyajiannya tanpa diminta (karena memang sudah bagian dari job desc saya). There was no question and He ordered. Selesai saya menyajikan secangkir black coffee, selang beberapa lama kemudian (mungkin setengah jam), beliau memanggil saya. “Mba, kopinya pahit”. Padahal saya sudah menyajikannya dengan standar penyajian, a cup of black coffe plus two sugar sachets and cookie. Dan saya bilang “tambahkan gula saja Pak”. Tentu saja akan sangat pahit jika tanpa gula, namanya juga black coffee. Tapi tahukah Anda? Beliau meminta kopinya diganti yang baru dan saya sadar bahwa kopinya itu tinggal tersisa seperempat cangkir. NO WAY!

Ada lagi. Customer sebuah bank ingin mencairkan cek yang ia dapat dari seorang langganannya. Namun tanda tangan yang tertera sangat berbeda dengan yang ada di system. (yang terdapat di system adalah tanda tangan nasabah yang berlaku), sehingga bank tersebut tidak dapat mencairkan ceknya. Bank memberi solusi kepada customer-nya untuk konfirmasi kepada pemilik cek agar ia mengganti dengan cek yang baru dan menyamakan tanda tangannya dengan yang tertera di bank. Customernya pun marah besar dan menyalahi bank tersebut karena tidak professional. Menurut pengakuan customernya, ia sudah berkali-kali mencairkan cek dari pelanggan yang sama namun tidak pernah ada masalah. Kalau saya bilang, masalahnya datang dari si pemberi cek, karena kali ini tanda tangannya beda. Meskipun uang itu adalah hak si customer, namun tetap ada prosedur yang harus ditaati bukan.

Lagi. Dua orang tamu duduk di lounge sebuah hotel bintang empat, namun perilaku mereka sangat mengganggu tamu lain. Mereka duduk mengangkat kaki, tertawa-tawa, bicara dengan sedikit berteriak. Dan yang paling bodoh adalah mereka merokok di no smoking area. Saya meminta mereka pindah ke pool bar di luar, supaya mereka bisa merokok. “Di luar panas, memangnya saya sopir yang kuat panas-panasan”. Saya membalas, “Di luar ada gazebo-nya pak, jadi bapak ga akan kepanasan”. Lalu kata mereka, “Nanti laptop saya yang kepanasan..” Dasar Wong Ndeso. Geleng-geleng kepala saya dibuatnya, dan orang-orang di sekitar hanya berbisik-bisik mendengarnya. Belakangan saya tahu bahwa mereka adalah orang DPRD dilihat dari berkas-berkas yang dibawanya.

BUDAYA NRIMO (Perilaku Apatis versus Kritis)

Budaya Nrimo termasuk baik dari segi etika dan telah melekat secara turun temurun sejak jaman penjajahan Belanda. Masyarakat Jawa yang konon dulu senang bekerja dibawah pemerintahan Belanda agar terhindar dari hukuman, akhirnya melahirkan mental pencari aman. Budaya Nrimo sendiri memiliki arti menerima apa yang ada pada diri kita, termasuk keadaan sosial. Jika keadaannya seperti itu yo wis kalo begitu yo ndak popo, begitulah kira-kira gambarannya.

Jika ada seseorang yang selalu menerima sebuah keputusan, selalu pasrah menerima nasib dalam hidupnya tanpa mau berusaha untuk menjadi lebih, saya harus mengatakan bahwa orang itu memasuki Danger Zone. Kenapa? Budaya Nrimo ini tidak bisa diaplikasikan dalam kehidupan yang serba maju seperti sekarang. Kita tidak bisa bertahan hidup tanpa mau berusaha, kita bukan budak kompeni, kita juga bukan Siti Nurbaya yang dipaksa menikah, tapi kita generasi Kartini!
Rasanya di era modern seperti ini sudah sepatutnya kita membekali diri dengan kemampuan berpikir kritis dan bertindak logis. Budaya Nrimo hanya akan membimbing kita menjadi apatis dan pasif Padahal menjadi seorang yang berbeda dan bisa mengambil sikap itu akan lebih baik, dibanding selalu menjadi abu-abu, save player, dan parahnya lagi menjadi yes man!

Aku bukan badut juga bukan yesman
Yang cuma manggut-manggut tanpa argumen,…”
(NATO-God Bless, 2009)


Memang pertentangan akan muncul ketika kita membelokan arah meskipun untuk hal positif. Tidak perlu dengan emosi dan ekspress tapi mulailah dengan proses. Jika kita berhadapan dengan atasan, tidak perlu berdebat melainkan dengan berdiskusi secara sehat. Jangan pula takut dengan aturan yang mengikat. Aturan itu sendiri tidak akan menutup kreativitas kita. Toh semuanya serba dikondisikan. Kritis dan logis adalah kuncinya. Oleh sebab itu mulailah menganalisa hidup dengan kritis, karena hidup kita yang melanjutkan dan arahnya kita yang menentukan, bukan sekedar menjadi pe-nrimo bak kerbau yang dicocok hidungnya.